Memahami Berbagai Teknik Mencetak Dalam Seni Grafis

Apa itu teknik cetak? Berikut penjelasan mengenai berbagai teknik mencetak dalam seni grafis yang perlu diketahui. Seni grafis merupakan cabang dari seni rupa, dimana pembuatan karyanya dengan teknik cetak di atas kertas.

Namun lain halnya dengan teknik Monotype yang awalnya menggambar pada media plat tembaga, seng atau kaca akrilik. Setelah digambar ke media tersebut baru kemudian gambar di pelat di tekan ke sebuah kertas.

Adapun cetakan yang dibuat dari berbagai bahan seperti batu dan papan kayu. Gambar atau lukisan yang dihasilkan pun menjadi sebuah karya yang orisinil. Berikut ini berbagai macam teknik mencetak dalam seni grafis yang perlu diketahui seperti cetak dalam, cetak saring, cetak tinggi dan cetak datar.

Teknik Cetak Dalam Seni Grafis

Cetak Dalam (Intaglio)

Cetak dalam adalah salah satu teknik mencetak dalam seni grafis yang menggunakan media pelat logam seperti aluminium, tembaga dan seng. Tekniknya yaitu dengan menggores permukaan pelat menggunakan alat tajam.

Dengan begitu akan menghasilkan goresan yang dalam. Seni grafis cetak dalam atau Intaglio dibagi menjadi 4 bagian seperti Engraving, Etsa (Etching), Mezzotint dan Drypoint.

Engraving

Engraving adalah teknik cetak dalam yang dikembangkan pada tahun 1430 di Jerman. Pada saat itu teknik Engraving atau ukiran halus dipraktekan oleh para tukang emas untuk membuat dekorasi pada karyanya.

Melakukan teknik Engraving tidaklah mudah karena harus menggunakan alat yang terbuat dari logam yang diperkeras bernama Burin.

Teknik Cetak Engraving Dengan Burin Cetak Dalam Seni Grafis

Alat ini memiliki bentuk seperti jamur dimana pada ujungnya terdapat logam keras yang runcing. Ada berbagai macam ukuran pada ujung Burin.

Perbedaan ukuran tersebut akan menghasilkan lebar dan kedalaman garis yang berbeda saat Burin digunakan. Setelah selesai mengukir logam, langkah selanjutnya adalah memberikan tinta pada seluruh permukaan pelat.

Kemudian pelat di tekan ke sebuah kertas, maka garis yang ada akan membentuk pola sama pada kertas tersebut dengan tampilan terbalik (Mirror Print).

Etsa (Etching)

Etsa atau Etching adalah teknik cetak dalam yang ditemukan oleh Daniel Hopfer di Augsburg, Jerman sekitar tahun 1470-1536. Pada saat itu Daniel menggunakan teknik Etsa pada baju besinya.

Teknik Etsa pun jadi populer dikarenakan dalam melakukan teknik Etsa tidak memerlukan keterampilan dalam dunia pertukangan logam. Hasil dari teknik Etsa adalah memiliki detail serta kontur garis halus sampai kasar dan bersifat linear.

Proses awal teknik Etsa, yaitu pelat logam seperti seng, tembaga dan baja ditutup dengan lapisan lilin. Langkah selanjutnya menggores bagian logam hingga terbuka dan mencelupkan atau memberikan logam larutan asam nitrat.

Hasilnya bagian logam yang terbuka atau tidak terlapisi akan terkikis larutan asam nitrat. Kemudian logam dibersihkan dan masuk ke proses pencetakan sama seperti teknik Engraving.

Adapun variasi teknik cetak dari Etsa, yaitu Aquatint yang menggunakan asam nitrat untuk membuat gambar cetakan pada sebuah pelat logam. Untuk membuat garis pola dan gambar Aquatint memanfaat jarum.

Garis hasil dari jarum akan membentuk area dengan tinta yang lebih pekat. Untuk membuat efek tonal Aquatint memanfaatkan serbuk resin yang tahan akan asam nitrat.

Mezzotint

Mezzotint adalah teknik mencetak dalam seni grafis yang ditemukan oleh Ludwig von Siegen pada sekitar tahun 1609-1680. Kemudian populer di Inggris pada abad 18 dalam memproduksi lukisan dan foto.

Mezzotint merupakan salah satu teknik Intaglio yang juga berfokus pada bahan pelat logam. Awalnya permukaan pada pelat logam dibuat kasar seluruhnya.

Kemudian melakukan penggoresan halus pada permukaan logam yang akan menghasilkan gambar dari gelap ke terang atau gradasi warna hitam putih. Mezzotint dapat menghasilkan sebuah karya yang baik kualitasnya dikarenakan detail gelap dan terang yang digunakan.

Area kasar mampu menahan tinta yang banyak membuat hasil warna cetak menjadi lebih solid. Biasanya penggoresan pada pelat dapat menggunakan Burin atau alat lainnya yang mampu menghasilkan gradasi halus dan tone yang baik.

Drypoint

Drypoint adalah teknik cetak seni grafis yang mirip dengan Engraving. Teknik ini ditemukan oleh seniman Jerman Selatan yang terkenal dengan julukan Housebook Master pada abad 15.

Berbeda dengan Engraving yang memiliki garis yang halus serta bertepi tajam, Drypoint lebih menghasilkan bentuk kasar pada tepi garis. Hal ini dikarenakan untuk teknik Drypoint tidak menggunakan Burin berbentuk V untuk menggores.

Pada saat itu teknik Drypoint umumnya digunakan untuk mencetak dalam jumlah yang terbatas dikarenakan tekanan pada pelat mampu membuat kualitas garis menjadi menurun (Buram).

Tapi pada abad 19 telah ditemukan cara untuk melakukan pelapisan logam secara elektrik yang mampu mengeraskan permukaan pelat dengan teknik Drypoint.

Cetak Saring (Silkscreen)

Cetak saring adalah teknik cetak yang memanfaatkan kasa atau biasa disebut dengan Screen yang dipasangkan pada sebuah rangka.

Cetak saring paling dikenal dengan sebutan cetak sablon dan biasa dipraktekan untuk membuat cetakan untuk permukaan data seperti spanduk, kaos, stiker, poster dan kebutuhan lainnya. Kasa pada cetak saring umumnya memiliki sifat lentur dan halus.

Teknik Mencetak Dalam Seni Grafis Cetak Saring Silkscreen

Tahap awalnya adalah mempersiapkan Screen dengan kerapatan tertentu dan gambar negatif pola pada kertas HVS / kalkir. Selanjutnya adalah melubangi gambar yang akan menciptakan stensil. Kemudian stensil ditempel pada Screen sebagai acuan.

Screen yang ada diberikan Fotoresis (Bremol) merata depan dan belakang lalu dikeringkan. Berikutnya cabut gambar dan semprotkan air sehingga pola terlihat yang membuat tinta dapat melalui area tersebut.

Tahap akhir adalah melakukan teknik sablon. Tempatkan screen pada media yang diinginkan seperti kaos. Rapatkan Screen pada kaos sesuai dengan ukuran dan area yang diinginkan.

Kemudian tinta dituang di dalam Screen lalu ratakan dengan Rakel karet sehingga tinta menjadi rata di Screen. Angkat screen, maka hasil sablon akan langsung terlihat pada kaos.

Screen tersebut pun dapat digunakan berkali-kali sesuai dengan kebutuhan. Selain pada kaos, ternyata teknik sablon juga digunakan pada proses cetak desain produk spanduk, stiker, acrylic, amplop, plastik, paper bag, payung, topi, jersey, jaket dan lainnya.

Sebenarnya ada berbagai macam jenis Screen yang memiliki kualitas, fungsi dan sifat yang berbeda-beda. Umumnya setiap Screen memiliki kode huruf awalan T dan dilanjutkan dengan angka.

Huruf T merupakan singkatan dari kata Thick yang berarti ketebalan. Berikut ini tipe Screen yang sering digunakan dalam penyablonan.

  • T-55 merupakan tipe Screen yang memiliki pori-pori yang besar sehingga mampu meloloskan banyak tinta sablon. Untuk tipe Screen T-55 digunakan untuk sablon gambar pada media karung, sprey, selimut dan handuk.
  • T-77 merupakan tipe Screen yang memiliki pori-pori lebih rapat dari T-55 dan umumnya digunakan untuk mencetak kaos dan sablon pada spanduk.
  • T-90 merupakan tipe Screen yang memiliki pori-pori yang lebih rapat dari T-77. Untuk T-90 memiliki hasil sablon yang timbul dengan motif yang halus. T-90  umumnya digunakan untuk mencetak pada media tekstil atau kaca.
  • T-120 merupakan tipe Screen yang memiliki pori-pori agak rapat dan biasanya digunakan untuk mencetakan pada bahan yang tidak terlalu menyerap cat seperti logam, kulit, karton dan kayu. Dengan pori-pori yang lebih rapat membuat hasil sablon menjadi lebih rapi dan detail.
  • T-150 merupakan tipe Screen yang memiliki pori-pori lebih rapat dari T-120 dan biasanya digunakan untuk mencetak permukaan bahan kertas, imitasi, mika dan fiber.

Cetak Tinggi (Cetak Timbul)

Cetak tinggi atau cetak timbul adalah teknik untuk membuat acuan cetak dengan membentuk gambar atau pola pada permukaan media cetak dengan bentuk timbul.

Teknik cetak dalam seni grafis ini bisa dibilang paling mudah, karena tidak membutuhkan peralatan khusus atau teknologi canggih. Cetak tinggi memiliki bentuk serupa dengan ukuran atau relief. Maka dari itu cetak tinggi atau cetak timbul sering juga disebut cetak relief.

Teknik Mencetak Dalam Seni Grafis Cetak Tinggi Cetak Timbul Cetak Relief Cungkil Kayu

Cetak tinggi memiliki beberapa variasi seperti teknik cukil pada permukaan logam, permukaan Linoleum dan pada permukaan kayu. Di Indonesia teknik cetak tinggi sudah digunakan sejak masa perjuangan.

Pada saat itu teknik ini di praktekan untuk membuat poster perjuangan dan selebaran propaganda bagi masyarakat. Sekarang teknik ini banyak digunakan juga untuk membuat stempel atau cap untuk perusahaan.

Dari berbagai media pada cetak tinggi, media kayu lah yang paling terkenal. Hal ini dikarenakan cukil kayu merupakan teknik cetak seni grafis yang paling awal dan satu-satunya yang tradisional digunakan area Asia Timur.

Pada abad 5 di Tiongkok digunakan untuk mencetak gambar dan tulisan pada kertas. Kemudian di Eropa pada tahun 1400 dikembangkanlah teknik cukil kayu dan kemudian berlanjut ke Jepang.

Inti proses kerja cetak tinggi adalah membentuk 2 area, yaitu area timbul (Positif) dan area cekung (Negatif). Untuk bagian timbul akan terkena warna dan sebaliknya area cekung tidak akan terkena warna.

Setelah diberikan tinta pada permukaan yang timbul secara merata, kemudian dicetak / di tekan ke permukaan kertas.

Perlu diketahui bahwa teknik cetak tinggi sangat bertolak belakang dengan teknik cetak Intaglio, dimana pada teknik cetak Intaglio area tergores (Negatif) yang menampung tinta untuk dicetak ke permukaan kertas.

Cetak Datar (Lithography)

Cetak datar atau Litografi adalah salah satu teknik mencetak dalam seni grafis yang ditemukan oleh Alois Senefelder pada tahun 1798. Lithography berasal dari bahasa Yunani, yaitu Lithos yang artinya batu dan Graphien yang artinya menulis.

Hal ini dikarenakan teknik cetak datar atau litografi menggunakan lempengan batu kapur. Media batu kapur dipakai karena dapat menyimpan tinta minyak.

Teknik Mencetak Dalam Seni Grafis Cetak Datar Lithography Batu Kapur

Awalnya media batu kapur yang telah diberi minyak dibentuk dengan pola dan gambar yang diinginkan. Kemudian dilakukan pengasaman pada batu tersebut.

Hal ini dilakukan agar minyak dapat ditransfer ke batu kapur, sehingga permukaan gambar pada batu dapat terbakar. Langkah selanjutnya adalah melapisi gum arab (Larutan Air) pada permukaan batu yang tidak tertutup gambar.

Selanjutnya adalah melapis area gambar (Terkena Minyak) dengan tinta minyak. Dikarenakan area tidak tertutup gambar memakai gum arab, maka akan membuat tinta minyak tidak akan menyerap di area tersebut.

Langkah akhir yaitu melakukan tekanan dari batu kapur ke kertas yang ingin dicetak. Teknik cetak datar mampu menghasilkan cetakan yang memiliki gradasi halus dengan detail yang baik.

Sekian pembahasan mengenai teknik mencetak dalam seni grafis. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat bagi Anda khususnya peminat Seni Grafis.

Sourceart-design-glossary.musabi.ac.jp | shutterstock | ohsobeautifulpaper.com | commons.wikimedia.org


error: Content is protected !!